Translate

Rabu, 15 Maret 2017

KISAH INSPIRATIF - Mama Setia Menunggu


DasadarmaTrisatya.Blogspot.com - Mama Selalu Menunggu

MAMA SETIA MENUNGGU

Kisah Inspiratif Kesetiaan Seorang Ibu Dan Perjuangan Anak Mengarungi Tantangan Kehidupan
Dikutip dari buku "Surga Masih Di Telapak Kaki Ibu"
Karya : "Safira Atalla"
“Jalani kehidupan dengan keyakinan BISA! Dan seorang ibu akan menerima jerih payah anaknya, sebesar apa pun akan dihargainya dengan cinta. Dia akan menunggu dan menerima kedatangan anaknya lalu menuntunnya beribadah dan kembali kepada-Nya”

            Suasana pagi cerah sekali, terdengar kicauan burung-burung dan cahaya matahari pagi yang indah, tampak si tetes air sedang berseluncur mengikuti arus sungai sambil membawa sebungkus perbekalan.
            “Cihuuuuuiiii…. Asyik, asyiknya!” teriak dia sambil terus berseluncur mengikuti arus sungai. Si Capung menyapanya, “Hai tetes! Kamu hendak ke mana?”
            “Huii….Hui… saya mau cari Mama..!!” teriak si tetes membalasnya sambil terus maju berseluncur.
            Di belokan sungai, paman pohon bertanya, “Hai tetes, kamu hendak ke mana?”
            “Saya ingin mencari Mama”
            Paman pohon bertanya lagi, “Siapakah Mamamu?”
            “Samudra, Mamaku adalah Samudra. Apakah paman pernah mendengarnya?” si tetes balas bertanya.
            Paman pohon hanya menggelengkan kepala “Paman tidak pernah melihat samudra. Dari lahir, Paman sudah di sini sampai sekarang.”
            “Baiklah Paman, selamat tinggal!”. Si tetes melambaikan tangan melanjutkan perjalanannya. Tidak seberapa jauh si tetes hampir tergelincir jatuh karena ada air terjun, untung ada paman batu membantunya, “Hati-hatilah Nak!”.
            Di perjalanan berikutnya, si tetes disapa oleh kakak burung, “Hai tetes, hendak ke mana?”
            “Hai, saya mau mencari Mama!” kata si tetes.
            “Siapa Mamamu?” Tanya kakak Burung lagi.
            “Samudra. Apakah kakak Burung pernah bertemu Ssmudra?”
            “Samudra?? Ohhh… saya pernah bertemu samudra.”

            Tentu si tetes sangat senang, dengan tergesa-gesa mendesak kakak Burung, “Ayo, ayo ceritakan padaku, seperti apakah Mama Samudra itu?”

            “Tubuh samudra luaaarr biasa besarnya, di dalam perutnya terisi banyak sekali makhluk hidup. Samudra juga senantiasa melindungi makhluk hidup dan lagi pada malam hari, Mama Samudra masih melantunkan alunan musik agar makhluk dapat tidur lelap.”

            Si tetes pun senang, “Benarkah? Wuihhh hebatnya! Rasanya ingin cepat-cepat bertemu Mama Samudra!”.

            “Semoga berhasil!” kata kakak burung sambil terbang pergi.

            “Selamat tinggal!”. Si tetes kembali melanjutkan perjalanannya. Setelah melewati berbagai desa, hutan dan kota, si Tetes terdampar di sebuah tempat asing.

            Tetes Air mulai merasakan bahaya, “tempat ini sungguh aneh, mengapa tidak ada bunga ataupun pohon? Oh, mengapa tubuhku makin lama makin mengecil…. Aduhh , bagaimana inihh?” “Saya adalah Gurun Pasir”. Tiba-tiba terdengar suara.

            Si tetes mulai panik, “Saya sudah hampir hilang tertelan gurun pasir, bagaimana ini paman?”
            Paman gurun berkata, “Jika si Angin dapat menerbangkan pasir, tentu juga dapat menerbangkanmu Tetes Air.”

            “Tetapi kakak Angin bisa menerbangkan Pasir sedangkan saya kan tidak bias terbang,” kata si tetes.
            Kakak angin datang, “Tenang, dengarlah dulu. Pertama-tama kamu harus mengubah wujudmu. Biarkan kamu dijemur matahari hingga kering setelah itu kamu akan berubah menjadi molekul uap air yang tak terhitung banyaknya, barulah saya dapat meniupmu melewati gurun ini untuk bertemu dengan Mamamu”.

            “Apa?! Kalau tubuhku tercerai-berai, tentu sangat sakit kan,” Ratap si Tetes.
            Paman gurun menghiburnya, “Tetes Air, kamu harus belajar tabah dan tegar barulah bisa bertemu dengan Mama yang kamu rindukan selama ini”

            Si Tetes masih ragu, “Tapi ketika saya bertemu dengan mama, apakah beliau akan mengenaliku?”

            Kakak angin menjawabnya ”Anak Bodoh, Mamamu pasti akan mengenalimu, karena bentukmu persis seperti dirinya. Kamu akan langsung turun ke dalam pelukannya, dan berbaur menjadi satu tubuh serta tak akan terpisahkan lagi.”

            Si tetes pun membiarkan dirinya di jemur kering oleh matahari menjadi ribuan molekul uap air, lalu dia duduk di atas Kakak Angin yang menerbangkannya melewati gurun pasir.

            Sang Mama Samudra membentangkan tangannya lebar-lebar menyambut, “Anakku Mama telah lama menunggumu”. Si Tetes kecil turun berupa huan jatuh ke pelukan sang Mama Samudra.

            Hidup ini merupakan cobaan yang dipenuhi tantangan yang perlu di hadapi dengan sabar dan ketabahan. Kebahagiaan, kemudahan, maupun kesulitan akan silih datang berganti entah kita siap untuk menghadapinya atau tidak, namun ingat kunci dari semua itu ialah kesabaran, ketabahan serta keyakinan yang kuat akan penantian akhir yang selama ini kita nantikan, kehidupan kedua yang akan kekal abadi.

            Jangan pernah berputus asa akan apa yang telah terjadi, tetap semangat jalani kehidupan dengan semangat Optimis untuk berubah ke arah yang lebih baik. Ingat Allah Ta’ala Maha Pengasih lagi Penyayang, tak mungkin kita dibiarkan berada dalam keburukan sepanjang hidup kita selama kita memiliki kemauan untuk berubah. Entah sebagaimanapun buruknya diri kita dahulu, selama ada keyakinan dan kemauaan insyaalloh akan selalu ada jalan yang terbuka.

“Man Jadda Wa Jadda”
            -Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkannya-

pongimaji Manusia Biasa

MUSLIM.seorang Pramukawan berdarah Indonesia ASLI. Berusaha menyampaikan ilmu melalui tulisan yang sederhana. . Apabila saya salah mohon saya diluruskan. . Karena kritikan dan masukan dari kawan-kawan sangat berarti untuk membangun diri saya. . Berbagi itu Indah. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar