TUNJUKKAN CARA MENCINTAI MAMA
Sebuah kisah inspiratif perjuangan kesabaran dan ketabahan seorang ibu
dikutip dari buku : Surga Masih DI Telapak Kaki Ibu
Karya : Safira Atalla
“Cinta seorang ibu sering tak terbaca karena tekanan kondisi pekerjaan. Sementara seorang anak akan tumbuh, berkembang baik sesuai dengan cinta yang dia rasa, apa yang direkam otaknya dan tersimpan rapi di hatinya. Pada saatnya ia akan melakukan hal yang sama dengan menimbang rasa cintanya sesuai caranya untuk membalas semua perlakuan orang tuanya atas nama cinta”
Kita seringkali melampiaskan total
kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali
adalah fatal.
Cassie
menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu
ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk
lagi.
Keluar
lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hamper satu jam.
Suara si mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidak
digubrisnya. Pukul 18:30.
“Tinnnnn….Tinnnnnnnnnnnn…!!”
Cassie
kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang
sangat dicintainya itu masuk ke rumah.
Yang
satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu menghempaskan diri di sofa
sambil mengurut-urut kepala.
Wajah-wajah
yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si
kecil Cassie juga yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil,
Cassie cuman tahu, ia kangen mama dan papa, dan ia girang mama dan papa pulang.
“Mama,
mama… mama… mama…” Cassie menggerak-gerakkan tangan mama. Mama diam saja.
Dengan
cemas Cassie bertanya, “Mama sakit ya? Mananya yang sakit? Mam, mana yang
sakit?” Mama
tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata.
Cassie
makin gencar bertanya, “Mama, Mama…. Mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya?
Ya? Ya?”
Tiba-tiba….. “Cassie!
Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!” mama membentak dengan suara
tinggi.
Kaget,
Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung.
Cassie
salah apa? Cassie sayang mama. Cassie
salah apa?
Takut-takut,
Cassie menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati mama dari jauh, yang kembali
mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya.
Mama,
Cassie salah apa? Mama
tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie
menganggu mama? Cassie
tidak boleh sayang mama?
Berbagai
peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassie merekam semuanya. Maka
tahun0tahun berlalu. Cassie tidak lagi kecil. Cassie bertambah tinggi. Cassie
remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa.
“Tinnn…
Tinnn…..!!”
Mama
pulang, papa pulang. Cassie menurunkan kaki dari meja. Mematikan TV. Buru-buru
naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu. Menghilang dari pandangan.
“Cassie
mana?”
“Sudah
makan duluan, Tuan, Nyonya”.
Malam
itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir dengan hati
terluka. Anak satu-satunya tak mau makan bersama.
“Mengapa
anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras,
nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa
dosaku? Ah, anak zaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orang tua! Tidak
seperti zaman dulu.”
Di
atas Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam. Dari jauh.
Dari tempat dimana ia tidak akan terluka.
Harinya
bertanya sendiri dengan nada begitu sedih, “Mama, Papa, katakan padaku,
bagaimana caranya memeluk seekor landak?”
Mamanya sangat bersedih akan
kesenjangan hubungan mereka. Dia baru menyadari setelah anaknya benar-benar tak
bisa disentuhnya. Lalu dia pun mengoreksi diri, bercermin tentang semua yang
telah dia lakukan kepada anaknya. Mengubah sikap tidak baiknya menyambut
kehangatan sang anak yang selama ini telah disia siakan dan dianggapnya biasa
saja. Dan dia yakin semua cintanya akan kembai Nampak setelah lewat perenungan
panjang keduanya, ibu dan anak, sepasang belahan jiwa yang tak mungkin bisa terpisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar