Translate

Minggu, 03 Desember 2017

KISAH INSPIRATIF - Tunjukkan Cara Mencintai Mama



TUNJUKKAN CARA MENCINTAI MAMA

Sebuah kisah inspiratif perjuangan kesabaran dan ketabahan seorang ibu
dikutip dari buku : Surga Masih DI Telapak Kaki Ibu
Karya :  Safira Atalla

“Cinta seorang ibu sering tak terbaca karena tekanan kondisi pekerjaan. Sementara seorang anak akan tumbuh, berkembang baik sesuai dengan cinta yang dia rasa, apa yang direkam otaknya dan tersimpan rapi di hatinya. Pada saatnya ia akan melakukan hal yang sama dengan menimbang rasa cintanya sesuai caranya untuk membalas semua perlakuan orang tuanya atas nama cinta”
   Kita seringkali melampiaskan total kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal.

   Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk lagi.

  Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hamper satu jam. Suara si mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidak digubrisnya. Pukul 18:30.

   “Tinnnnn….Tinnnnnnnnnnnn…!!”
  
   Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dicintainya itu masuk ke rumah.
        
   Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu menghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala.
         
     Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuman tahu, ia kangen mama dan papa, dan ia girang mama dan papa pulang.
        
    “Mama, mama… mama… mama…” Cassie menggerak-gerakkan tangan mama. Mama diam saja.
       
     Dengan cemas Cassie bertanya, “Mama sakit ya? Mananya yang sakit? Mam, mana yang sakit?” Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata.        
    Cassie makin gencar bertanya, “Mama, Mama…. Mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya? Ya? Ya?”
            
    Tiba-tiba….. “Cassie! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!” mama membentak dengan suara tinggi.
            
     Kaget, Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung.
Cassie salah apa? Cassie sayang mama. Cassie salah apa?
            
   Takut-takut, Cassie menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati mama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya.
            
     Mama, Cassie salah apa? Mama tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie menganggu mama? Cassie tidak boleh sayang mama?
            
    Berbagai peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassie merekam semuanya. Maka tahun0tahun berlalu. Cassie tidak lagi kecil. Cassie bertambah tinggi. Cassie remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa.

      “Tinnn… Tinnn…..!!”
         
     Mama pulang, papa pulang. Cassie menurunkan kaki dari meja. Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu. Menghilang dari pandangan.
            
       “Cassie mana?”
       “Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya”.
          
     Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir dengan hati terluka. Anak satu-satunya tak mau makan bersama.
         
     “Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa dosaku? Ah, anak zaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orang tua! Tidak seperti zaman dulu.”
        
      Di atas Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam. Dari jauh. Dari tempat dimana ia tidak akan terluka.
         
     Harinya bertanya sendiri dengan nada begitu sedih, “Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?”
         
        Mamanya sangat bersedih akan kesenjangan hubungan mereka. Dia baru menyadari setelah anaknya benar-benar tak bisa disentuhnya. Lalu dia pun mengoreksi diri, bercermin tentang semua yang telah dia lakukan kepada anaknya. Mengubah sikap tidak baiknya menyambut kehangatan sang anak yang selama ini telah disia siakan dan dianggapnya biasa saja. Dan dia yakin semua cintanya akan kembai Nampak setelah lewat perenungan panjang keduanya, ibu dan anak, sepasang belahan jiwa yang tak mungkin bisa terpisahkan. 
pongimaji Manusia Biasa

MUSLIM.seorang Pramukawan berdarah Indonesia ASLI. Berusaha menyampaikan ilmu melalui tulisan yang sederhana. . Apabila saya salah mohon saya diluruskan. . Karena kritikan dan masukan dari kawan-kawan sangat berarti untuk membangun diri saya. . Berbagi itu Indah. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar